Hari ini saya membaca tulisan kang Alifurrahman di web yang beliau kelola (www.seword.com). Bahasannya cukup menggelitik, yaitu tentang mantan presiden kita yang ke 6, SBY. Saya sendiri juga sering mendengar pidato-pidato SBY yang menggunakan bahasa asing sekaligus memberikan artinya. Entah maksudnya apa, ingin terlihat keren atau karena ikut aliran vickynisasi. Tanpa perlu panjang lebar, berikut tulisan keren kang Alifurrahman yang saya ambil langsung dari www.seword.com
9 Kata Merusak dari Pidato SBY Semalam
Saat SBY menjadi Prreisden selama 10 tahun, satu hal yang cukup dikeluhkan oleh banyak orang adalah pidato-pidatonya yang memprihatinkan. Kerap menggunakan kalimat “Saya prihatin” padahal kita tahu sebenarnya dia SBY, bukan Pak Prihatin. Kemudian isi dari pidato dan pernyataan yang perlu perenungan panjang, untuk mencerna dan memahami apa maksudnya. SBY terkenal dengan istilah, jelas untuk tidak jelas. Persis seperti konsep politik jalan tengahnya.Selain itu ada satu hal lain yang juga sangat negatif, saya sebagai anak muda tidak suka cara SBY berkomunikasi. Bicaranya yang kerap dicampur-campur english Indonesia, mengingatkan saya kepada banyak warga di Malaysia dan Singapura. Dan jujur itu terdengar tidak asyik. Saya dan banyak anak-anak muda pasti sependapat, bahwa kami sudah bahagia dan bangga dengan bahasa Indonesia.Tapi bukan berarti kami tidak bisa bahasa inggris, ya bisa juga. Maksudnya begini, kalau mau pakai bahasa inggris ya pakai saja bahasa inggris. Jangan dicampur-campur. Itu tidak jelas maksudnya apa mau terlihat keren atau gimana.Nah semalam SBY ternyata belum berubah. Setidaknya ada 9 kata sederhana, yang sebenarnya tidak perlu diterjemahkan karena yang paham sudah paham, sementara orang-orang desa yang tidak bisa bahasa inggris tidak perlu kata tersebut. Sebab itu bukan sebuah istilah atau produk yang tak bisa digantikan dengan bahasa Indonesia, hanya murni terjemahan.“Freedom of speech, kebebasan berbicara.” Iya kami sudah tahu kok Pak.“One by one, satu persatu.” Ini anak SD juga tahu.“Income atau pendapatan.” Iya paham kok pak, paham.“The buttom forty, 40 persen kalangan bawah.” Kenapa nggak pakai bahasa yang sederhana saja sih?“Jobs, lapangan pekerjaan.” Iya yang naman jobs emang lapangan pekerjaan.“Grass root, akar rumput.” Udah sering denger. Sering banget.“Goodwill, niat baik.” Kalo niat buruk apa bahasa inggrisnya Pak beye?“Mutual respect, menghormati.” Sekalian mutual interest.“Mutual trust, saling percaya satu sama lain.” “iya… iya, pak beye pinter.Saya heran dengan SBY yang sudah 10 tahun menjabat plus 4 tahun ini sebagai mantan Presiden, belum juga mendengar keluhan masyarakat soal gaya komunikasinya yang sok keren itu. Ini entah SBY nya yang tidak dengar, atau memang suara masyarakat selama ini tidak terdengar di singgasana Cikeas sana. Wallahua’lam.Saya sebagai Pakar Mantan merasa pidato semalam itu seperti mantan yang tiba-tiba datang menghampiri kita, masih dengan keburukan-keburukan yang sama. Bangga dengan segala kenegatifannya. Belum berubah dari dulu hingga sekarang. Dan kita yang melihat itu semua jadi makin bersyukur dia sudah mantan. Sebab kalau tidak, kita akan dipaksa menerima segala keburukannya itu setiap hari.Saya tambah bersyukur karena saat ini memiliki Presiden yang Indonesia banget. Jokowi. Logatnya meddhok seperti kebanyakan orang Jawa. Sekali bicara langsung pada pokok permasalahannya. Jelas, tidak bertele-tele. Tidak pernah menggunakan bahasa-bahasa asing dalam pidato ataupun pernyataan-pernyataannya. Sehingga kita semua yang mendengar bisa langsung paham apa yang disampaikan. Jadi baik anak-anak, orang di pelosok negeri, baik yang tua atau muda, semuanya bisa bebas berkomunikasi dengan Presiden Indonesia dengan mudah.Tidak pernah juga mengeluh prihatin. Meski sesekali kalau sudah ada hal-hal yang sifatnya fitnah dan prinsip, Jokowi tak segan-segan untuk bilang “kasi tahu saya yang mana, kita gebuk!”Melihat dan mendengar pidato SBY semalam, saya sebagai warga Indonesia sangat bersyukur SBY saat ini Indonesia dipimpin oleh Jokowi. Karena kalau tidak, lama-lama gaya komunikasi kita akan berubah seperti Malaysia dan Singapura. Dan itu kurang menyenangkan. Kita jadi tidak punya kebanggan, serta melanggar ikrar sumpah pemuda: berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Bahwa kemudian kerusakan sudah terjadi, maksudnya sudah banyak orang yang bahasa Indonesianya campur-campur, terutama di kalangan artis dan kelas gaya menengah, ya itu menjadi satu catatan tersendiri. Yang penting Indonesia saat ini memiliki panutan yang baik dalam komunikasi, dan kelompok bahasa campuran asing tersebut insyaallah tidak akan berkembang biak selama Presidennya masih Jokowi. Semoga dengan terpilihnya Presiden Jokowi hingga 2024 bisa ‘membayar lunas’ kerusakan bahasa campuran yang juga berlangsung selama 10 tahun sebelumnya. Begitulah kura-kura.
Bagaimana pendapat kalian tentang tulisan tersebut, silahkan tuliskan di kolom komentar.

Tidak ada komentar:
Write komentar