Kamis, 27 September 2018

One Man One Vote For Number One

Buat Saya, Semakin jelas dan terang benderang kalau Pemilu kali ini adalah pertarungan antara ORDE BARU yang ngotot mau berkuasa lagi dengan KABINET KERJA JOKOWI yang saat ini Berkuasa!
Jangan tanya masalah DANA orde baru ini, saya yakin sampai Tujuh Turunan, Delapan Tanjakan dan Sembilan belokan pun gak akan pernah habis dananya ini. Gak heran sampai sekarang mereka masih bergelimang kemewahan. Bahkan Kitapun mengenal satu persatu rincian anaknya Soeharto dengan masing masing kisah perjalanan hidupnya yang penuh Glamour (termasuk) perjalanan cinta mereka. Disana ada Maya Rumantir, Mayangsari, Model dan Peragawati Dietje, Shandy Harun dan deretan artis lainnya, sangat segar diingatan kita. Bandingkan dengan kisah anak-anak Presiden sekarang ? Cuma Martabak dan Goreng pisang saja yang muncul.
Mungkin anak-anak Mileneal kurang paham bagaimana dulu Orde Baru memerintah. Dan ketidakpahaman Anak-anak mileneal inilah yang disasar oleh mereka, saya jadi bertanya Pelajaran Sejarah di sekolah sekarang bagaimana ya? Adakah pelajaran tentang Pemerintahan Soeharto ? Heran saja sudah tahu latar belakang Calonnya, rekam jejak bisa dibaca dan dilihat di Intenet, tapi masih saja ada penggilanya, kalau bukan karena Dana karena apa coba?
Sebagai Pemanasan Kampanye, kita bisa lihat bagaimana beraninya Tommy Soeharto bikin pernyataan kalau Korupsi jaman sekarang memprihatinkan? Diperkuat dan dikomporin dengan Pernyataan Kakaknya Mbak Tutut yang bilang kalau Bapaknya adalah Bapak Pembangunan, jadi Pak Jokowi tidak berhak meng klaim atas gelar itu ? Saya tidak menentang mereka karena ada benarnya juga sih, masalahnya ada di bagaimana mereka mengungkapkannya, mungkin Tommy akan sangat Cocok kalau ngomongnya pas Soeharto berkuasa dulu, atau Saya ingin menambahkan pernyataan Mbak Tutut, seandainya 32 tahun Bapaknya memerintah secara bersih dan jujur mungkin jalan Tol dan insfratuktur lainnya yang dibangun Jokowi sekarang akan tercapai pada saat itu, sehingga sekarang Indonesia bukan negara berkembang lagi tetapi Negara Maju Muslim Terbesar yang ada di dunia.
Tapi kenyataannya jaman bapaknya berkuasa itu yang paling parah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) nya. Mau menyangkal ? 
Bagaimana mau menyangkal, bukankah Aksi mahasiswa 1998 juga dilatarbelakangi itu juga?
Sekedar mengingatkan aja, jaman dulu tidak mungkin ada yang berani lantang menentang pemerintahan, jangankan menentang Sekedar Nyinyir kayak kerjaannya Fadli Zon aja mungkin sudah berakhir di dalam Tong, akan ada istilah Tong Kosong Isinya Fadli Zonk hehehe . Kalau pas Pemilu Presiden calonnya selalu satu ‘Pak Harto’ dengan alasan Rakyat masih menginginkan. Kita nunut dan manut saja, berani menentang? Dan Itu bisa kita lihat di station satu satunya yaitu TVRI, saya ingat betul dulu nonton TV tuh di tetangga depan rumah, dengan layar hitam putih, kalaupun mau berwarna ya beli kaca tambahan warna pelangi. Saya Kesampaian ada TV di rumah di umur 14 tahun lo, selama 9 tahun lebih ganggu tetangga untuk nonton TV, Jangan tanya masalah telepon jangankan Handphone, telepon rumah itu mah barang yang sangat mewah dan langka. Saya ingat betul yang sudah punya TV dan telepon Rumah jaman itu adalah tetangga saya Muhamad Teguh hahaha.
32 tahun lo kita menyaksikan dan merasakan bagaimana keluarga Cendana berkuasa, Rhoma Irama pernah dicekal masuk TV karena beda pandangan dan Partai, belum Iwan Fals yang masuk penjara gara gara lagu “Oemar Bakri”, Kalau Sang Alang pencipta lagu Ganti Presiden hidup di jaman ORBA mungkin sudah langsung menghilang ditengah Alang-alang..
Nah, Buat Saya ungkapan “Piye, Enakan jaman Aku Toh? Jawabannya adalah BIG NO !!! Enakan jaman sekarang lah, jauuuuh !
Bagaimana dengan Anda ? Pilihan ada di tangan anda !
Gambar Bawah adalah Hal yang Mustahil di jaman ORBA !

Selasa, 18 September 2018

Kudeta-Kudeta Hizbut Thahrir





"Lu gak usah nakut-nakutin orang. HTI gak mungkin kudeta di negeri ini. Apa buktinya ??"
Sebuah pesan mampir ke kotak inbox saya. Kemungkinan dia anggota Hizbut Thahrir Indonesia dan marah karena saya selalu memberitakan tentang bahayanya organisasi HTI di Indonesia.
Hizbut Thahrir sejatinya adalah sebuah gerakan transnasional. Ia bukan lagi sebuah organisasi yang terbatas pada batas-batas negara. Ia adalah ideologi lintas negara yang mempunyai konsep bahwa dunia ini satu saat akan menyatu dibawah kepemimpinan satu orang, yaitu khalifah.
Maka itu, pemimpin HTI di Indonesia tidak bakalan ada. Yang ada hanya juru bicara, diwakili Ismail Yusanto. Karena mereka masih menunggu perintah dari antah berantah siapa khalifah sesungguhnya.
Pola-pola Hizbut Thahrir dalam merebut kekuasaan tidak dengan pemberontakan langsung, tetapi melakukan penyusupan atau infiltrasi ke tubuh pemerintahan dan militer. Ini yang berbahaya.
Mereka adalah gerakan intelektual yang sangat sistematis dan terencana dengan baik. Tidak mudah mengidentifikasi siapa mereka, tetapi gerakannya terlihat jelas, terutama di Indonesia karena mereka masih menggunakan simbol-simbol yang menunjukkan keberadaannya, seperti dengan bendera yang mereka sebut "bendera tauhid".
Bayangkan ketika HTI menyusup ke dalam tubuh militer. Mereka akan mencuci otak para tentara untuk satu waktu mengangkat senjata melawan pemerintahan yang sah dan memproklamirkan berdirinya negara khilafah.
"Alahh.. itu kan cuma bayangan ketakutan lu aja.."
Hehe, tidak. Ini berdasarkan pengalaman yang terjadi di beberapa negara. Pengalaman adalah guru yang terbaik, bukan ?
Tahun 1974, kelompok bernama Shabab Muhammad menyerang sekolah militer di Kairo Mesir, untuk melakukan kudeta dan usaha membunuh Anwar Sadat, Presiden Mesir kala itu. Para pelaku mengumumkan berdirinya negara Islam dibawah kepemimpinan Hizbut Thahrir. Kudeta itu gagal dan semua pelakunya dihukum mati.
Di Bangladesh Pakistan, tahun 2012, Hizbut Thahrir melakukan percobaan kudeta yang juga gagal melibatkan purnawirawan dan perwira militer aktif.
Di Yordania, mereka juga melakukan penyusupan di militer dan melakukan kudeta yang gagal tahun 1969. Begitu juga yang terjadi di Irak dan Suriah, tahun 1972 dan 1976.
Dengan rekam jejak seperti ini, sudah benar banyak negara yang melarang keberadaan Hizbut Thahrir yang berarti Partai Pembebasan itu. Mereka sangat berbahaya, dengan kemampuan penyusupannya bahkan mereka bisa menciptakan perang antar negara, dimana sejatinya mereka berada di kedua belah pihak.
Tujuan utamanya tentu negara-negara itu hancur, sehingga Hizbut Thahrir bisa mendirikan kepemimpinan khalifah Islam diantara kehancuran itu.
Bagaimana Indonesia ?
Tentu sama. Lihat saja, ketika Jokowi membubarkan HTI tahun 2017 lalu, serentak kepala-kepala ular HTI keluar semak. Mereka ada yang Guru Besar di sebuah Universitas Negeri terkenal juga rektor dan dosennya. Mantan kepala BIN As'ad Said Ali malah mengatakan, ia mengantungi nama oknum-oknum PNS, purnawirawan dan tokoh militer yang terlibat dalam keanggotaan HTI.
Jadi, masih menganggap bahwa Hizbut Thahrir adalah organisasi yang biasa-biasa saja ?
Tentu HTI tidak ingin gerakan senyap mereka ini ketahuan pihak luar, supaya mereka bisa semakin masuk ke dalam. Tapi sayangnya, di Indonesia, bahkan Presiden Jokowi sendiri membubarkan mereka.
Dan HTI sekarang ingin bangkit kembali. Tentu mereka ingin balas dendam kepada orang yang membubarkan kegiatan mereka. Jalan terbaik bagi HTI adalah menumpang di lawan politik orang itu, meskipun HTI juga tidak bersahabat dengan yang ditumpanginya.
"Enemy of my enemy is my friend.." begitu prinsip HTI.
HTI bahkan berencana untuk membuat kedua kubu saling menghancurkan karena mereka akan menawarkan sistem kekhalifahan diatas puing-puingnya. "Ganti sistem.." kata Ismail Yusanto dengan percaya dirinya.
Menghancurkan ideologi HTI dan penyusupan yang sudah dilakukannya selama puluhan tahun, tidak cukup dengan seruput secangkir kopi saja. Tetapi membutuhkan bercangkir-cangkir kopi hanya untuk mengetahui keberadaannya saja..
Seruput..

Senin, 17 September 2018

Pengakuan Tersangka: Penyebar Hoax Demo di MK Peroleh Video dari Grup Relawan Prabowo, Begini Peran Mereka

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo wasisto dalam keterangan persnya penangkapan tersangka penyebar hoax di gedung MK jakarta, Senin (17/9/2018) di Bukittinggi (Foto: Covesia/ Debi Kurnia)

Polisi membekuk empat tersangka terkait kasus penyebaran berita bohong atau hoax soal aksi demonstrasi mahasiswa di gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Video aksi demonstrasi mahasiswa itu viral di media sosial. Ternyata, video viral yang disebarkan para tersangka ternyata hoax.

Kepada polisi, tersangka mengaku mendapatkan video demonstrasi tersebut dari akun grup WhatsApp relawan bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Hal itu diketahui setelah polisi memeriksa tersangka bernama Gun Gun Gunawan.

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Rachmad Wibowo menjelaskan, pelaku menyebarkan video simulasi pengamanan unjuk rasa, seolah-olah terjadi kericuhan antara polisi dengan mahasiswa yang sedang menuntut pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


"Video diviralkan oleh beberapa akun dengan posting konten berita bohong tentang simulasi pengamanan demo di MK, yang diberitakan sebagai unjuk rasa di Gedung MK," ungkap Rachmad dalam keterangannya, Senin (17/9/2018).


Berdasarkan hasil interogasi Gun Gun Gunawan memperoleh Group WhatsApp bernama BISMILLAH. Tersangka memposting ke Facebook hingga menimbulkan keonaran di Masyarakat.


Sedangkan tersangka Suhada Al Syuhada menyebarkan berita bohong dengan caption 'Jakarta sudah bergerak, mahasiswa sudah bersuara keras dan peserta aksi mengusung tagar #TurunkanJokowi, Mohon diviralkan karena media dikuasai petahana'.

Pelaku Muhammad Yusuf juga menyebarkan konten serupa yang diakuinya mendapat dari Group Facebook 'Boikot MetroTV karena melakukan pembodohan publik'. Group tersebut diikuti oleh sebanyak 115.072 akun.

"Pelaku Nugrasius mengaku dapat konten dari Group WhatsApp Keluarga Alumni (KA) KAMMI, dan tanpa mengetahui kejadian sebenarnya langsung diposting di akun Facebook-nya yang memiliki 1.557 teman," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Polri berhasil menangkap pelaku penyebaran hoax atau informasi bohong terkait aksi mahasiswa di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta. Penangkapan tersangka S A alias Suhada Al Syuhada Al Aqse, dilakukan di Jalan Muara II RT.005/005, Kelurahan Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Dari penangkapan tersebut turut disita barang bukti berupa 1 bundel print out akun Facebook An Suhada Al Aqse, dan dua buah HP merek ZTE dan Xiaomi. Menurut Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, penangkapan dilakukan setelah penyidik gabungan Cyber PMJ telah mengantongi dua alat bukti terkait perbuatan tindak pidana tersangka.

Kemudian, penyidik gabungan pada Sabtu 15 September 2018 sekira pukul 20.00 WIB melakukan penyelidikan ke alamat tersangka. Modus operandi yang digunakan tersangka, sambungnya, menyiarkan atau mengeluarkan pemberitaan bohong dan/atau menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian terhadap individu atau kelompok berdasarkan antargolongan melalui akun Facebook tersangka atas nama Syuhada Al Aqse.

Tersangka pun dijerat Pasal 14 dan Pasal 15 UU RI No.01 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan/atau Pasal 28 Ayat (2) jo Pasal 45A Ayat (2) UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU RI No.11 Tahun 2008 tentang ITE.(Okezone.com)

PKS: Meski Tak Sandang Gelar Kiai Haji, Pak Sandi itu Sebetulnya Ulama




Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid, menilai Sandiaga Uno juga sebenarnya adalah ulama. Yakni jika merujuk pada dua definisi ulama dalam Al-Quran dalam surat Fathir dan As-Syuro.
 
“Dalam al-Quran penyebutan tentang ulama itu hanya ada dua penyebutan, satu dalam surat Fathir dan satu dalam surat As-Syuro. Keduanya justru ulama itu tidak terkait dengan keahlian ilmu agama Islam. Satu tentang ilmu sejarah yaitu dalam surat As Syuro, dan surat Al Fatir itu justru sains,” ucap Hidayat di gedung DPR, Jakarta, Senin (17/9).

Adapun surat As-Syuro ayat 197 bicara mengenai konteks diturunkannya Al-Quran untuk seluruh alam. Berikut ayatnya:
أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Artinya: Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?

Sedangkan dalam surat Fathir ayat 28 berbunyi:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Merujuk pada definisi tersebut di atas, Hidayat pun menilai Sandiaga Uno juga sebetulnya seorang ulama. Meski bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto itu tidak memiliki gelar KH (kiai haji) karena tidak belajar di komunitas tradisional keulamaan. 

“Beliau melaksanakan ajaran agama, beliau puasa Senin-Kamis, salat Duha, salat malam, silaturahim, menghormati orang-orang yang tua, menghormati semuanya, berakhlak yang baik, berbisnis yang baik, itu juga satu pendekatan yang sangat ulama,” jelasnya.

sumber: jurnalindonesia.co.id

Amien Rais Bocorkan Cara Kalahkan Jokowi di 2019


Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mengatakan, modal logistik yang dimiliki pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kalah jauh bila dibandingkan lawannya, Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.

Meski demikian, menurut Amien, jika berjuang dengan sungguh-sungguh, Prabowo–Sandi menang di Pilpres 2019 bukan hal yang mustahil.

“Politik ini yang digunakan adalah pengorbanan. Jadi kita mungkin logistik kalah sama tetangga dan kalah dalam banyak hal. Tapi kalau kita sungguh-sungguh, isnyaallah tahun depan kita punya pimpinan nasional (presiden) yang baru,” ujarnya saat memberikan sambutan di acara workshop pembekalan calon legislatif PAN di Hotel Grand Paragon, Jakarta, Minggu (16/9/2018).

Amien mengatakan, persoalan di Indonesia saat ini sudah cukup berat. Oleh karena itu butuh pemimpin baru yang mampu menjawab tantangan global dan menyelesaikan setiap permasalahan.

“Negeri ini sudah sangat berat, jadi kita butuh pimpinan nasional yang pemikiran global. Bisa menjawab apapun,” ujar Amien.

“Dan hamba Allah itu namanya Prabowo Subianto,” kata Amien.

Untuk itu, Amien meminta kepada seluruh kader PAN bekerja keras memenangkan Prabowo. Sebab, kata dia, tanpa kerja keras dan pengorbanan, cita-cita itu tak akan terwujud.

“Jadi kalau kita melihat angin politik yang kita hadapi ini insyaallah ini angin yang sudah mendorong perahu kita. Kita perlu mendayung lebih keras lagi supaya sampai ke tujuan kita,” kata dia.

“Jadi insya Allah mudah-mudahan Allah memberikan kemenangan kepada kita,” lanjutnya.

Dalam acara ini, hadir 2500 bakal Caleg PAN untuk DPRD Kabupaten/Kota, Provinsi dan DPR RI dari seluruh daerah pemilihan di Indonesia.

Selain itu, turut hadir dalam acara ini, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus bakal capres 2019, Prabowo Subianto.

Penyebar video hoaks demo rusuh di MK provokasi rakyat turunkan Jokowi

Penyidik Cyber Crime Polda Metro Jaya mengamankan tersangka penyebar hoaks berisi video demo ricuh depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat. Dalam pemeriksaan, tersangka berinisial SAA (48) mengaku sengaja menyebar berita hoaks agar masyarakat terprovokasi melengserkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Alasan menyebar hoaks ingin menyampaikan berita dan berbagi info untuk mengajak, agar berita viral dan tersebar melalui online bahwa mahasiswa Jakarta sudah turun ke jalan untuk melaksanakan demo dengan tuntutan menurunkan Presiden (Jokowi)," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono saat dihubungi, Senin (17/9).

Dalam video itu, terlihat anggota TNI dan Polri sedang melakukan simulasi penanganan keamanan dalam rangka persiapan Pemilu 2019. Namun, kata Argo, oleh tersangka dibuat seolah-olah kejadian itu sedang berlangsung untuk menjatuhkan Jokowi.

"Iya sudah tahu kalau itu simulasi. Maksudnya dengan adanya simulasi itu oleh tersangka dibuat seolah-olah nyata agar yang lain ikut turun unjuk rasa," katanya.

Sebelumnya, Karopenmas Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, pelaku ditangkap tidak jauh dari kediamannya di Jalan Muara II, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Barang bukti yang disita berupa satu bundel print out akun Facebook atas nama Suhada Al Aqse dan dua handphone merek ZTE dan Xiaomi milik pelaku.

"Pasal yang diterapkan Pasal 14 dan Pasal 15 UU 1/1946 ttg Peraturan Hukum Pidana dan/atau Pasal 28 ayat (2) jo Pasal 45A ayat (2) UU RI No. 19 Tahun 2016 tengtang perubahan atas UU 11/2008 tentang ITE," kata Dedi melalui siaran pers di Jakarta, Minggu (16/9).

Dedi memaparkan, SAA telah menyiarkan atau mengeluarkan pemberitaan bohong dan/atau menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian terhadap individu atau kelompok berdasarkan antar golongan melalui akun Facebook atas nama Syuhada Al Aqse

 
Dia menjelaskan, pada Sabtu tanggal 15 September 2018, pelapor mendapat informasi tentang postingan akunfacebook An Syuhada Al Aqse telah memposting video aksi demo didepan MK dengan diberi caption ' JAKARTA SUDAH BERGERAK, MAHASISWA SUDAH BERSUARA KERAS DAN PESERTA AKSI MEGUSUNG TAGAR #TurunkanJokowi MOHON DIVIRALKAN KARENA MEDIA TV DIKUASAI PERTAHANA'

"Namun yang sebenarnya video tersebut adalah video simulasi yg dilakukan pihak kepolsian untuk menangani penanggulangan unjuk rasa yang dilakukan di depan gedung MK," ujar Dedi.

Penangkapan berlangsung pada hari Sabtu 15 September setelah polisi menelusuri alamat pelaku. SAA diciduk saat sedang nongkrong di warung kopi dekat rumahnya.

Dedi mengatakan, status SAA kini tersangka. Penyidik masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap tersangka dan saksi-saksi lainnya serta menyita barang bukti untuk segera diproses dalam berita acara pemeriksaan.

Selain SAA, tiga lainnya juga diciduk, yaitu Gun Gun Gunawan, Muhammad Yusuf, dan Nugrasius.

sumber : merdeka.com

Senin, 10 September 2018

Ikhtiyath Kalimat Tauhid


Mengapa kita jarang sekali temukan lambang-lambang bertorehkan kalimat tauhid di acara-acara lingkungan pesantren? Lihat saja saat ada pagelaran imtihan, haflah, haul, pawai ta'aruf, istighotsah, maulid akbar, atau sejenisnya. Jarang sekali kita lihat kalimat tauhid tercetak di bendera, spanduk, kaos, peci, koko, sorban, apalagi ikat kepala.
Mengapa? Bukankah kalimat tauhid itu luhur? Apakah kalangan pesantren kurang ghirah keislamannya? Apakah mereka tidak bangga dengan ketauhidannya? Atau jangan-jangan mereka tidak suka kalimat tauhid?
Sebelum Anda menerka yang tidak-tidak, ada satu hal yang musti dipahami. Justru para kiai dan santri itu mungkin lebih akrab dengan kalimat tauhid daripada kita yang setiap hari pakai ikat kepala bertoreh lafal tauhid. Selain dikumandangan lima kali sehari saat adzan, kalimat tauhid juga diwiridkan dan diendapkan di alam bawah sadar mereka secara berjamaah tiap usai sembahyang.
Afdhaludz-dzikri fa'lam annahu; laa ilaaha illallaah. Diwiridkan serempak oleh imam dan makmum, ada yang 40 kali, 70 kali, atau 100 kali, kemudian dipungkasi dengan; 'muhammadur-rasuulullaah'. Demikian lima kali sehari, belum lagi jika ada yang mengamalkan wirid tahlil tambahan.
Kalau demikian, mengapa jarang sekali terlihat simbol-simbol kalimat tauhid di gelaran-gelaran mereka?
Saya tidak berminat membahas gegeran simbol kalimat tauhid yang lagi ramai belakangan. Tidak pula hendak membahas penggunaan bendera tauhid sejak masa Rasulullah, para sahabat, hingga peran politisnya di masa kini. Ini hanya tulisan ringan yang sekedar menguak satu 'tradisi' kaum pesantren berkaitan dengan pelabelan kalimat tauhid. Yaitu tradisi ikhtiyath; kehati-hatian fikih.
Ikhtiyath bisa kita sebut sebagai tradisi moral kalangan santri dalam berfikih. Ikhtiyath inilah yang membuat mereka membuat kobokan kaki di luar tempat wudhu sebelum masuk masjid, memilih pakai mukenah terusan daripada potongan, pelafalan niat sebelum takbirotul ihrom, koor niat puasa setelah taraweh, memakai sandal khusus dari toilet ke tempat salat di rumah.
Apalagi dalam kaitannya dengan kalimat tauhid. Ada kehati-hatian fikih bagi kalangan santri agar tidak sembrono meletakkan kalimat suci tersebut di sembarang tempat. Bagi santri, kalimat tauhid adalah jimat dunia akhirat yang sangat luhur. Ia tidak boleh tercecer, tergeletak, terbuang, atau bertempat di lokasi kotor apalagi najis.
Jika ia dicetak di sandangan semisal kaos, baju, topi, atau bandana, dikuatirkan bisa bercampur najis ketika dicuci. Jika dicetak di spanduk-spanduk atau bendera temporer, dikuatirkan akan tercampakkan sewaktu-waktu. Kalau dicantumkan di lambang pesantren, akan menyulitkan saat membuat undangan, kartu syahriyah, baju almamater, dan lainnya. Apalagi jika dicetak di stiker-stiker. Di tempat-tempat tersebuy, kalimat tauhid bisa sangat rawan terabaikan.
Bagi kalangan pesantren, kalimat tauhid hanya boleh dicantumkan di tempat-tempat spesial yang sekiranya bisa terjaga kehormatannya. Semisal panji peperangan yang tentu akan dijaga kibarannya hidup atau mati. Sebagaimana kisah dramatis Sayyidina Ja'far at-Thayyar. Atau bendera kerajaan yang tentu akan dirawat dan dimuliakan, sebagaimana bisa kita lihat di kasunanan Cirebon.
Almarhum simbah Kiai Zainal Abidin termasuk sosok yang sangat ketat dalam hal ikhtiyath perkara tauhid. Beliau selalu tutup mata jika lewat Jalan Magelang yang di kiri kanannya penuh patung-patung 'makhluk bernyawa'. Beliau selalu berpaling kalau ada tanda palang salib, juga tidak berkenan dengan atribut-atribut semacam akik atau yang identik dengan perjimatan. Ngregeti iman, kata beliau. Kalimat tauhid tidak lagi berkibar di spanduk atau ikat kepala, melainkan sudah terpatri kuat di dalam sanubari beliau.
Kalimat tauhid, bagi Mbah Zainal, sama sucinya dengan mushaf Quran. Bahkan saya menyaksikan sendiri, dingklik (tatakan kayu) yang biasa digunakan untuk membaca Quran pun beliau muliakan. Pernah suatu kali hendak salat jamaah isya di bulan Ramadan, ada satu dingklik yang tergeletak di belakangku. Ketika beliau lewat, dingklik itu beliau pindah ke sampingku agar tidak kubelakangi.
Bahkan tulisan 'almunawwir' pun sangat beliau muliakan, sebagaimana dikisahkan oleh Kang Tahrir, santri ndalem Mbah Zainal. Memang lazim di Krapyak, kami membuat stiker kecil bertulis 'almunawwir community'. Fungsi stiker ini untuk menandai kendaraan santri sehingga mudah dikenali. Biasanya dipasang di spidometer, plat nomor, atau body sepeda motor.
Nah, menurut penuturan Kang Tahrir, Mbah Zainal tidak berkenan jika melihat ada nama 'almunawwir' kok dipasang di slebor, lebih rendah dari lutut, atau tempat-tempat lain yang kurang pantas. Biar bagaimanapun, 'almunawwir' adalah nama pesantren sekaligus nama pendirinya yang merupakan ulama besar ahli Quran Nusantara, simbah Kiai Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad.
Demikian hati-hatinya sikap beliau terhadap nama 'almunawwir'. Lebih-lebih terhadap ayat-ayat Quran, hadits Nabi, dan kalimat tauhid. Maka bagi teman-teman yang sedang hobi menunjukkan identitas keislaman dengan atribut berlabel kalimat tauhid, mohon dijaga dengan baik agar benda-benda tersebut tidak tercampakkan.

Opini Populer